Senin, 24 Maret 2014

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI ISLAM



       I.         

MAKALAH
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STUDI ISLAM

Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Pengantar Study Islam
yang diampu oleh: M. Rikza Chamami, MSI


Disusun oleh :
Julian Abiyoso Firdaus            (113311013)                       
Nurul Hidayah                       (123111126)
Muhamad Ayyub                    (133711019)
Muhibatul Khusna                  (133711026)
       Siti Safitriyani                         (133711035)                    

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
DAFTAR PUSTAKA
































  PENDAHULUAN

Satu langkah yang seyogyanya diperhatikan dalam studi bidang apapun adalah memaami tentang apa yang dipelajari. Pemahaman ini penting artinya sebagai kerangka acuan, orientasi dan penentuan langkah strategis. Rasanya mustahil seseorang akan mencapai hasil studi yang maksimal jika ia sendiri tidak paham terhadap apa yang dilakukannya.
Dalam langkah ini, memahami tentang makna kata dan istilah merupakan langkah awal yang menentukan. Dengan memahami terhadap makna kata secara bahasa dan istilah, akan memudahkan bagi kita untuk memperoleh gambaran mengenai apa yang sedang kita pelajari, apa cukupnya,sebagaimana dengan studi islam itu sendiri.
Denan latar belakang diatas, pemakalah akan membahas tentang pengertian dan ruang lingkup studi islam secara mendalam. 


    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apakah pengertian Studi Islam?
B.     Bagaimana ruang lingkup Sudi Islam?











 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Studi Islam
Kata studi Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata studi dan kata Islam. Kata studi memiliki berbagai pengertian. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menebukan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu ketrampilan.
Sementara Muhammad Hatta mengartikan studi sebagai mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan, mencari pengetahuan tentang sesuatunya di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan yang tertentu dan dengan metode yang tertentu pula. [1]
Dan pengertian islam secara etimologi (ilmu asal usul kata), Islam berasal dari bahasa arab, terambil dari kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa dan berarti pula berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata islam (aslama,yuslimu,islaman), yang mengandung arti selamat, aman, damai,patuh,berserah diri dan taat.[2]
Sedangkan pengertian islam menurut istilah adalah agama yang didasarkan pada lima pilar utama, yaitu mengucapkan dua kalimah syahadat, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah mampu.[3]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pengertian studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-qur’an dan akhlak.[4]
B.     Ruang Lingkup Study Islam
Dalam pengertiannya, agama memiliki tiga dimensi atau ruang lingkup bahasan yang sangat umum yaitu : [5]
1.      aspek spiritual yang mana dalam artiaannya menunjukkan hubungan antara manusia dengan tuhannya. Lebih dalamnya aspek ini berarti mewujudkan adanya ikatan yang harus dipegang dan ditaati oleh para penganutnya, sebagai bentuk penghambaan dan kepatuhan terhadap segala ketentuan yang telah di gariskan oleh Allah.

2.      Aspek horizontal
a.       hubungan antara manusia dengan manusia yang merupakan salah satu fitrah insaniah yang dimiliki manusia, karena manusia hidup di dunia bukan hanya sebagai manusia individual, melainkan makhluk social.
 Islam memiliki konsep dasar mengenai hubungan ini yaitu dalam bingkai kekeluargaan, kemasyarakatan, keanekaragaman dan lain-lain.
Konsep ini memberikan landasan dan acuan baggi manusi untuk menjalin hubungan yang baik dengan manusia yang lainnya sebagai wujud eksistensi kemanusiaan dan gambaran mengenai ajaran kemasyarakatan, baik yang berbentuk nilai, moral, etika.
b.      hubungan manusia dengan alam semesta termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan serta lingkungan dimana manusia hidup. Yang mana Manusia diberikan wewenang dalam memanfaatkan, mengelola menjaga, merawat dan bertanggung jawab terhadap ciptaan Allah. Karena itu manusia dibekali akal sebagai satu kelebihan.[6]
Lebih dalamnya aspek Horizontal mengacu pada keadaan sosial, mengenai bagaimana para penganut ajaran agama menjalin relasi secara positif dan harmonis dengan makhluk ciptaan lain.


C.     Tujuan Studi Islam
Setelah membahas tentang pengertian studi islam diatas, studi islam juga memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek kehidupan manusia, menjelaskan spirit ( jiwa ) berupa pesan moral dan value yang terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap berbagai paradigm baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat dan ideologi baru serta hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.[7]
D.    Pendekatan dan Metodologi studi Islam.
1.      Pendekatan Studi Islam
Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah.
Tuntutan terhadap agama yang demikian itu dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka kita akan mengkaji berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam memahami agama. Adapun yang dimaksud pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam satu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigm.[8]
Untuk lebih jelasnya berbagai pendekatan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.       Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
Dengan demikian tersebut di atas, dapt diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman agama adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau symbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin dan fanatic bahwa pahamnyalah yang paling benar sedangkan paham yang lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham orang lain itu keliru, sesat, kafir, murtad dan seterusnya. Demikian pula paham yang dituduh keliru, sesat dan kafir itupun menuduh kepada lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan demikian, maka terjadilah proses saling mengkafirkan, salah menyalahkan dan seterusnya. Dengan demikian antara satu aliran dan aliran lainnya tidak terbuka dialog atau saling menghargai. Yang ada hanyalah ketutupan (eksklusifisme).Sehingga yang terjadi adalah pemisahan.
Berkenaan dengan pendekatan teologi tersebut, Amin Abdullah mengatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidk dapat memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini.Terlebih-lebih lagi kenyataan demikian harus ditambahkan bahwa doktrin teologi, pada dasarnya memang tidak pernah berdiri sendiri, terlepas dari jaringan institusi atau kelembagaan social kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.Kepentingan ekonomi, sosial, politik, pertahanan selalu menyertai pemikiran teologis yang sudah mengelompok dan mengkristal dalam satu komunitas masyarakat tertentu.
Berkenaan dengan hal di atas, maka saat ini muncul apa yang disebut dengan istilah teologi masa kritis,yaitu suatu usaha  manusia untuk memahami penghayatan imannya atau penghayatan agamanya,suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks permasalahan masa kini. Yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub, yaitu teks dan situasi masa lampau dan masa kini.Hal yang demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk dan fungsinya yang berbeda-beda.
Salah satu ciri dari teologi masa kini adalah sifat kritisnya.Sifat kritis ini ditujukan pertama-tama pada agamanya sendiri. Telogi sebagai kritik agama berarti antara lain mengumgkapkan berbagai kecenderungan dalam institusi agama yang menghambat panggilannya, menyelamatkan manusia dan kemanusiaan.
Teologi kritis bersifat kritis pula terhadap lingkungannya.Hal ini hanya dapat terjadi jika agama terbuka terhadap ilmu-ilmu social dan memanfaatkan ilmu tersebut bagi pengembangan teologinya.Dengan demikian teologi ini bukan hanya berhenti pada pemahaman mengenai ajaran agama, tetapi mendorong terjadinya transpormasi social.Maka beberapa kalangan menyebut teologi kepedulian social itu teologi transformatif.[9]
b.      Pendekatan Antropologis
Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui penekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.[10]
Dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara keparcayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat  mesianis,  yang menjanjikan perubahan tatanan social kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologis, kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat.Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti sosial keagamaan.Melalui pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan antara agama dan negara.Selain itu pendekatan antropologis juga dapat ditemukan agama dengan psikoterapi.Pendekatan antropologis juga memiliki hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia.
Pendekatan anropologis seperti itu diperlukan, sebab banyak hal yang membicarakan agama yang hanya bias dijelaskan dengan tuntas dengan pendekatan antropologis. Pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
c.       Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.[11]
Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologis sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Sosiologi tidak menetapkan ke arah mana sesuatu seharusnya berkembang dalam arti memberi petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan, kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.[12]
Sehingga dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama.
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagaimana disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah social.Besarnya perhatian agama terhadap masalah social ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu social sebagai alat untuk memahami agamanya.
d.      Pendekatan Filosofis
Secara harfiah kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula berarti mencari  hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkanpengalaman-pengalaman manusia.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik obyek formanya.Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah.Kegiatan berpikir untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam.Louis O. Kattsof mengatakan, bahwa kegiatan kefilsafatan ialah merenung.Tetapi merenung bukanlah melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam.
Berpikir secra filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti Dan dipahami secara seksama.
Pentingnya pendekatan filosofis ini, maka kita menjumpai bahwa filsafat telah digunakan untuk memahami berbagai bidang lainnya selain agama.Kita misalnya membaca filsafat hokum Islam, filsafat sejarah, filsafat kebudayaan, filsafat ekonomi, dan lain sebagainya.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payahtapi tidak memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti. Yang mereka dapatkan dari pengalaman agama tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji,sudah menunaikan rukun Islam yang kelima dan berhenti sampai di situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal.Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.
Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya mempergunakan akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya.Namun demikian pendekatan seperti ini masih belum diterima secara merata terutama oleh kaum tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agam terbatas pada ketepatan melaksanakan aturan-aturan formalistic dari pengalaman agama.[13]
e.       Pendekatan Historis
Sejarah atau Historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa ini terjadi, di mana, apa sebabnya siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idealis kea lam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi Yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.Dalam hubungan ini Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini Islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari al-Qur’an, ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama,berisi konsep-konsep, dan bagian yang kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorangdiajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa.dari sini maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks memahaminya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya.[14]
f.       Pendekatan Kebudayaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan diartikan sebagai hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan kegiatan (usaha) batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. Sementara itu Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kebudayaan adalah hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi batin yang dimilikinya.[15]
g.      Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat,[16] bahwa perilaku seseorang yang Nampak lahiriyah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Seseorang ketika berjumpa saling mengucapkan salam, hormat pada kedua orang tua, kepada guru, menutup aurat, rela berkorban untuk kebenaran dan sebagainya adalah merupakan gejala-gejala keagamaan yang dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama. Ilmu jiwa agama sebagaimana dikemukakan Zakiah Daradjat tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhya dalam perilaku penganutnya.
Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yangbmenggambarkan sikap batin seseorang.Misalnya sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, sebagai orang yang sleh, orang yang berbuat baik, orang yang sadil (jujur) dan sebagainya.Semua itu adalah gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami, dan diamalkan seseorang, juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan ilmu ini agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.
Kita misalnya dapat mengetahui pengaruh dari salat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya dengan melalui Ilmu Jiwa.Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efisienlagi dalam menanamkan ajaran agama.Itulah sebabnya ilmu jiwa ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan gejala atau sikap keagamaan seseorang.
Dari uraian diatas kita melihat ternyata agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan. Dengan pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarawan, ahli ilmu jiwa dan budayawan akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normative belaka, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.
2.      Metodologi Studi Islam.
Metode pembelajaran merupakan instrumen penting dalam proses pembelajaran yang memiliki nilai teoritis dan praktis. Metode pembelajaran sekaligus juga menjadi variabel penting dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
a)      Metode Ceramah
Metode ceramah atau disebut juga dengan metode mauidzah khasanah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer di kalangan para pendidik agama Islam. Metode ini menekankan pada pemberian dan penyampaian informasi kepada anak didik. Dalam pelaksanaannya, pendidik bisa menyampaikan materi agama dengan cara persuasif, memberikan motivasi, baik berupa kisah teladan atau memberikan metafora (amtsal) sehingga peserta didik dapat mencerna dengan mudah apa yang disampaikan.
Metode ceramah juga disebut metode memberitahukan atau lectured menthod karena banyak dipergunakan di perguruan tinggi. Sebenarnya bukan hanya memberitahukan, yakni menyampaikan sejumlah keterangan atau fakta-fakta, tetapi dengan ceramah dimaksud juga untuk menjelaskan atau menguraikan kepada peserta didik mengenai suatu masalah, topik atau pertanyaan (Simanjutak, 1986).
Dalam metode ini, guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah peserta didik pada waktu dan tempat tertentu. Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap suatu masalah. Di dalam dunia kampus, cara seperti ini sering juga disebut dengan metode kuliah.
      Metode ini tidak dipungkiri sudah lama digunakan para pengajar, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi. Sebagai sebuah metode, metode ceramah mempunyai berbagai kelebihan di samping juga kelebihan. Diantara sisi positif metode ini adalah sangat cocok untuk menjelaskan persoalan-persoalan yang tidak mungkin disampaikan dengan metode yang lain.
Sebagai contoh, Dalam persoalan ketauhidan. Penggunaan meode ceramah untuk materi tauhid, adalah sangat tepat. Sebab didalam materi tauhid ada beberapa materi yang sulit diperagakan dan sulit didiskusikan, seperti makna tauhid, iman atau keesaan Allah dan sifat –sifat Allah yang lain. Metode ini dapat digunakan untuk menjelaskan persoalan tersebut sampai pada tingkatyang paling detail. Dalam konteks inilah maka seorang guru akan memberikan urairan menurut caranya masing masing dengan tujuan anak didik dapat memahami dan mengetahui apa yang disampaikan oleh guru.
Simanjuntak (1986) mencoba merangkum beberapa kelebihan metode ceramah sebagai berikut:
1)      Metode ceramah baik digunakan untuk menyampaikan materi yang sulit disampaikan dengan cara lain, seperti menjelaskan makna ayat-ayat Al Quran dan Hadist, persoalan keimanan, juga sejarah islam.
2)      Metode ceramah baik untuk memotivasi anak didik dalam mengembangkan minat, hasrat, antusiasme, emosi dan apresiasi terhadap suatu pelajaran.
3)      Memberikan keterangan-keterangan pada siswa dalam membantu memecahkan masalah, jika siswa-siswi menghadapi kesulitan-kesulitan.
Derajat (2001) menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan dari metode ceramah ini. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Menjadikan perhatian yang hanya terpusat pada guru. Akibatnya guru dianggap anak didik sebagai sosok yang paling benar. Disini tampak bahwa guru lebih aktif dari pada anak didik.
b.      Secara tidak disadari ada ungsur pemaksaan dari guru. Karna guru aktif berbicara sedang anak didik hanya pasif mendengar dan melihat apa yang dibicarakan guru, akibatnya anak didik hanya bisa mengikuti alur pemikiran guru yang terkadang tidak sejalan dengan alur pemikiran mereka.
Untuk menunjang agar metode ini dapat berjalan dengan baik daan berdaya guna, ada baiknya guru memperhatikan langkah-langkah berikut ini:
1)      Ceramah harus dibuat garis-garis besarnya dan dipikirkan baik-baik apa yang akan disampaikan.
2)      Sedapat mungkin disampaikan bahan ilustrasi berupa bagan, gambar, atau diagram.
3)      Memulai ceramah dengan mengemukakan suatu masalah atau pertanyaan.
4)      Mengusahakan agar siswa tetap dalam suasana problematik, yakni sikap yang dapat membangkitkan sikap ingin tau siswa tentang bagaimana menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
5)      Memperhatikan kecepatan berbicara,  guru hendaknya dapat mengukur kecepatan bicara yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran materi. Akan lebih baik jika guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membuat catatan-catatan.
6)      Menyelidiki apakah anak didik memahami atau tidak penjelasan guru.
7)      sambil bicara hendaknya memandangi wajah siswa. Nada suara lebih baik seperti bercakap-cakap dalam situasi yang tidak formal.
8)      Sekali-kali berhenti dan menunggu reaksi dari siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
9)      Memberi outline sebelum pelajaran dimulai.
10)  Tunjukkan rasa humor, gunakan contoh-contoh dengan bahasa yang menarik. Jangan merasa cepat tersinggung bila ada anak didik yang berbisik-bisik atau agak ribut.
11)  Memerhatikan waktu.
12)  Memberikan anak didik latihan untuk memberi catatan.
13)  Pada akhir pelajaran bersifat evaluasi.
Apabila guru telah berusaha menjalankan berbagai langkah di atas, selanjutnya hal penting lainnya  yang harus diperhatikan guru dalam menjalankan meode ceramah ini adalah kemampuan bersikap dan membawa diri di dalam kelas. Metode ceramah menuntut syara-syarat tertentu dari guru. Suara yang baik, enak didengar dan jelas. Guru yang mengalami gangguan berbicara disarankan tidak menggunakan metode ceramah.  
b)     Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan suatu metode pembelajaran yang menekan pada cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban.[17] Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran selanjutnya. Metode ini dapat merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan sebagai persepsi, selingan, dan evaluasi.
Secara umum metode Tanya jawab ini berguna untuk mencapai banyak tujuan, antara lain sebagai berikut :[18]
a.       Mengetahui penguasaan siswa terhadap pengetahuan siswa.
b.      Menguatkan pengetahuan pada pelajaran.
c.       Memotivasi sisawa untuk berbuat, menunjukkan kebenaran, dan membengkitkan semangat untuk maju.
c)      Metode diskusi
Metode diskusi merupan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman secara teratur.[19] Menurut Gulo metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik.
Metode diskusi pada dasarnya menekan partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, metode ini sangat membantu anak didik untuk dapat mengetahui lebih banyak tentang islam dan dapat saling memahami tentang perbedaan.
 IV.            KESIMPULAN
pengertian studi islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari agama islam yang dipraktekkan dalam sejarah dan kehidupan manusia. Sedang pengetahuan agama adalah pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan rosul-Nya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti ajaran tentang akidah,ibadah, membaca al-qur’an dan akhlak.
studi islam juga memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan relasi islam dengan berbagai aspek kehidupan manusia, menjelaskan spirit ( jiwa ) berupa pesan moral dan value yang terkandung di dalam berbagai cabang studi islam, respons islam terhadap berbagai paradigm baru dalam kehidupan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta munculnya filsafat dan ideologi baru serta hubungan islam dengan visi, misi dan tujuan ajaran islam.
Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma antara lain:
a.       Pendekatan Teologis Normatif
b.      Pendekatan Antropologis
c.       Pendekatan Sosiologis
d.      Pendekatan Filosofis
e.       Pendekatan Historis
f.       Pendekatan Kebudayaan
g.      Pendekatan Psikologi
Metodologi dalam Studi Islam antara lain:
a.       Metode Ceramah
b.      Metode Tanya Jawab
c.       Metode Diskusi



    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami presentasikan, apabila ada kesalahan penulis mohon maaf. Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis menjadikan lebih baik. Sifat sempurna hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.



[1]M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Semarang: Pustaka Nuun,2010,  hlm. 29
[2]Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2011,  hlm. 11
[3]Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, hlm. 22
[4]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 104
[5] Hasyim Hasanah, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta :Penerbit  Ombak, 2010,  hlm. 4
[6] Hasyim Hasanah, Pengantar Studi Islam, 24-26
[7]Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, hlm.9
[8] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998, hlm. 28
[9]  Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998, hlm. 28-31
[10] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 35
[11] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998, hlm. 38-39
[12]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 39
[13] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,  hlm.42-46
[14] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 46-48
[15] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 49
[16]Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), cet. I, hlm. 76.
[17]                          
[19]                                                                    

5 komentar: